Advertisement

  • KETUA Teater Jaguar DARI MASA KE MASA Masa Bakti 1975 – 1993
    Drs. Md. EM. Noeh
    1993 – 1995
    Ilung S. Enha
    1995 – 1997
    Drs. Md. EM. Noeh
    1997 – 1999
    Juslifar M. Junus
    1999 – 2002
    Drs. Mulyani Taufiq
    2002-2004
    Suseno Aji
    2004-2009
    Drs. Md. EM. Noeh

    more
  • BIOGRAFI PERTUNJUKAN Berikut ini adalah data biografi pertunjukan yang pernah digelar oleh Teater Jaguar sejak tahun 1990.

    1990 Pentas Teater naskah Kurung Buka Kurung Tutup
    di Gedung Cak Durasim
    Naskah : Ilung S. ENHA Sutradara : EM.Noeh
    1991 Pentas Musikalisasi Puisi
    Bersama KH.Zainudin MZ di Gelora 10 November
    Sutradara : EM.Noeh
    1991 Pentas Musikalisasi Puisi Bersama Neno Warisman
    Naskah : Ilung S. ENHA Sutradara : EM.Noeh
    1992 Pentas Teater naskah BUIH bersama Harry Mukti
    Naskah : Ilung S. ENHA Sutradara : EM.Noeh
    1993 Pentas Teater PERJANJIAN MAHDI
    Naskah: Rif’an Asmanudin
    Sutradara : EM.Noeh
    1994 Pentas Teater PENGHUJAT di Gedung Cak Durasim
    Naskah/Sutradara : Juslifar M. Junus
    1995 Pentas Teater naskah AURAT di Balai Pemuda
    Naskah/Sutradara : Juslifar M. Junus
    1995 Pentas Dwiilogi naskah Brr.. & Labyrinth di Galeri DKS
    Naskah: Juslifar M. Junus
    Sutradara BRrr..: Juslifar M. Junus
    Sutradara Labyrinth :Rif’an Asmanudin
    1996 - Pentas Teater naskah ZIARAH FLU API
    (Kolaborasi 4 Teater Surabaya 1996)
    Naskah: Juslifar M. Junus Sutradara : MEIMURA
    - Harakiri di Fak.Tarbiyah IAIN Sunan Ampel SBY
    Naskah/Sutradara : Juslifar M. Junus
    - Nurani Anak Sholeh Festival Anak Sholeh Se-Indonesia 1996
    Naskah/Sutradara : Juslifar M. Junus
    1997 - Pentas Teater naskah KHULDI (TBJT 1997)
    Naskah/Sutradara : Juslifar M. Junus
    - Lebaran ini dimanakah Nurani ? Grahadi 1997
    Naskah/Sutradara : Juslifar M. Junus
    1997 Pentas Musikalisasi Puisi
    di Forum Padang Bulan Emha Ainun Nadjib Jombang
    Naskah: Ilung S.ENHA Sutradara : Juslifar M. Junus
    1998 Pentas Musikalisasi Puisi
    Bersama KH.Nur Iskandar Sq. di Universitas Surabaya
    Naskah: Ilung S.ENHA Sutradara : Juslifar M. Junus
    1998 Dzikir Parasetamol
    (Festival Monoplay UNM MALANG-TBJT 1998)
    Naskah/Sutradara : Juslifar M. Junus
    2000 Pesta Kopi Pesta Puisi Hotel Hilton Surabaya
    Naskah: Ilung S.ENHA
    2000 Pentas Musikalisasi Puisi Keliling Lima Kota (Program UNICEF)
    Naskah: Ilung S.ENHA
    2000 Pentas Musikalisasi Puisi Go – Skate (HUT PAN)
    Naskah: Ilung S.ENHA
    2000 Pentas Musikalisasi Puisi Hotel Sahid Surabaya
    Naskah: Ilung S.ENHA
    2000 Pentas Musikalisasi Puisi DPR Tingkat I Jawa Timur
    Naskah: Ilung S.ENHA
    2001 Pentas Musikalisasi Puisi Hotel Westin Surabaya
    Naskah: Ilung S.ENHA
    2001 Pentas Musikalisasi Puisi Hotel Indonesia Jakarta
    Naskah: Ilung S.ENHA

    more
  • Rumah itu bernama Jaguar Pagi di tahun 1975.
    Seorang Mahasiswa Kedokteran yang tak banyak bicara itu tiba-tiba mencetuskan sebuah kredo. Ia yang sekian lama resah dengan makin tergerusnya anak-anak muda dengan Pop Culture Barat, perilaku hedonia proletar kampungan, memutuskan : Sudah saatnya membuat sebuah wadah bagi libido kreativitas mereka agar vandalsm tidak berbiak, dan potensi yang laten bisa menemukan artikulasi.

    Muhammad Noeh, sang mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga itu dengan telaten menghasut pemuda-pemudi kampungnya terutama aktivis remaja masjid untuk berkesenian.
    Belakangan ia mengaku, sebenarnya bukan kesenian yang menjadi akar gerakan budayanya, melainkan Humaniora.

    Pemahaman sejarah Teater Jaguar ini saya anggap penting, ketika di usia ke 28 ini, banyak stigma yang masih keliru.
    Dari rahim Jaguar boleh saja muncul Budayawan Muslim macam Ilung Sufi Enha, Aktor Televisi handal macam Halim Faus, mas Hafids, mas Luthfi, dan mbak Farida Novel yang kini tinggal di Jerman Barat. Deklamator nasional macam Hj.Utami Budi dan mas Syarifudin Miftah. Juga logis, apabila Jaguar mampu melahirkan Sutradara Teater bernuansa kolosal macam EM.Noeh dan Lieswandi Poernomo, bahkan sanggup ikut membidani sutradara sinetron Jakarta yang cukup menjanjikan : Sofyan D.Surza, yang terlibat dalam penyutradaraan Film Petualangan Sherina, Pasir berbisik , Ada apa dengan Cinta, dan barusan menyelesaikan Serial Sinetron BORJU yang ditayangkan TransTV.

    Namun, juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi Jaguar, memiliki anggota-anggota yang berwirausaha secara mandiri, menjadi Pendidik, Karyawan biasa namun teguh dengan sikap budaya dan jujur diri selama menjalani bahtera rumah tangganya.

    Heterogenitas anggota tersebut toh mencair ketika mereka bertaut dalam sebuah proses berkesenian dalam suasana persaudaraan yang tak pernah mereka temukan di ruang lain.

    Inilah barangkali apa yang pernah disebut Meimura, sebagai kesadaran Rumah. Ia membedakan dengan komunitas kesenian atau anggota kelompok teater yang lain yang baru memiliki kesadaran Sanggar. Ia suatu kali pernah mengungkapkan rasa kagumnya pada teman-teman Jaguar yang kemanapun mereka berpetualang namun selalu memiliki kesadaran bahwa tempat mereka kembali : sebuah pertaubatan kreatif, adalah di rumah Jaguar.

    Meskipun demikian, perjalanan Jaguar dalam menjalankan juklak langit sebagai kelompok kesenian bukannya tanpa kendala.
    Kita bisa membayangkan seorang petani yang sekian lama menanam ketela rambat suatu kali difetakompli untuk bisa meraih gerombolan mangga di atas kepalanya. Bagaimana linunya otot hati dan kramnya urat pikiran menggapai sang mangga kreativitas tanpa harus kehilangan akar ketela spiritualitasnya.

    Konsep ajaran tentang Kebaikan yang bersahaja, tanpa harus gemuruh kata-kata, tentang kepedihan yang harus disimpan dalam, etos berkarya penuh kesungguhan dan lapang dada menghadapi hujatan dari luar maupun praktek menggunting lipatan dari dalam, semuanya saya peroleh dari Jaguar.

    Dan jika hingga kini Para Penggagas Jaguar masih keheranan mengapa masih banyak yang tak rela jantung Jaguar berhenti berdegup, barangkali hal itu semakin membuktikan bahwa akar kesederhanaan Jaguar mampu menjadi prototype spiritualitas sekaligus basis kreativitas sepanjang hayatnya.

    Juslifar M. Junus
    ScriptWriter Film-TV-Teater, Digital Artist & Videographer.

    more
  • PROFIL TEATER JAGUAR

    Jaguar menapak dari bawah. Semula, malah bukan membikin teater, melainkan sekedar wadah yang hendak memberikan alternatif aktifitas yang konstruktif. Selebihnya, lebih banyak bersandar pada kewallahu a’laman-Nya.

    Maka soal nama pun, tak didesain dengan pertimbangan artistik sebagaimana nyeninya sebuah teater; —semisal Koma yang menandakan pencarian yang tiada henti, Bengkel Teater yang merupakan gudang perbaikan seni, Melarat yang menyiratkan kegetolan orang-orang teater meskipun berangkat dari kemiskinan, atau mandiri yang menandaskan tentang sebuah kemandirian teater.

    Namun Jaguar, justru disambar dari tempat lahirnya wadah anak-anak muda yang pengin kreasi ini; Jagir Utara (JagUar) Wonokromo Surabaya. Sering orang melongo saat mendengar asbabun nuzul nama tersebut. Sebab di tabung pikiran mereka, telah lahir sebingkai obsesi tentang kegarangan binatang-binatang teateryang liar dalam medan pencarian di padang sahara kesenian.

    Apa boleh buat, kenyataan yang bilang bahwa kelahiran kami memang amat bersahaja. Uniknya, justru kebersahajaan itu yang membuat kami ingin terus menapak. Segala kritik, teguran, saran dan bahkan lecehan kami terima dengan keterbukaan hati yang lapang. Hasil dari pengodogan kritik itulah, yang membesarkan tekad kami untuk membikin sebuah teater. Maka, tepat pada tanggal 5 Agustus 1975 Jaguar resmi lahir sebagai sebuah teater.

    Banyak kendala dan ujian yng harus terlebih dahulu kmi lewati. Sehingga baru pda tahun 1978, TVRI Sta. Surabaya mempercayai kami untuk mengisi mata acara. Kepercayaan emas itu tak kami sia-siakan. Berbagai acara kami lakoni; mulai dari peringatan Hari Besar Islam dan Nasional, fragmen Agam Islam, drama remaja, drama televisi, drama komedi yang terformat dalam ‘senyum sejenak’. Oratorium, serta tayangan insidentil lainnya.

    Untuk medium televisi ini, Jaguar bekerjasama dengfan instansi terkait: Departement Agama, Departement Tenaga Kerja, Departement Sosial dan Departement Kehakiman, serta dengan Departemen P & K.

    Setelah berhasil merambah ke layar kaca, dua tahun kemudian kami menembus jalur radio. Dan bagai gayung bersambut, RRI Sta. Surabaya membukakan tangannya lebar-lebar. Dan kesempatan itu pun sampai kini masih terus berlanjut. Bahkan selain bidang drama , kami pun juga dipercaya untuk mengasuh acara Persinggahan Sastra dan Gelanggang Remaja.

    Pada 1982, kami mencoba untuk mentas di panggung besar. Naskah yang kami gelar pertama kali, adalah karya Luthfi Rahman ’Arya Penangsang’. Dan diluar dugaan kami, sambutan masyarakat seni waktu itu cukup menggembirakan. Tekad keyakinan kami semakin mantap, bahwa kami seharusnya juga mampu untuk ‘urun rembug’ karya kesenian di ladang kering perteateran Surabaya.

    Maka kami memutuskan sebuah statemen, bahwa setiap tahun Jaguar hendak mementaskan sebuah naskah untuk panggung besar. Dan nyatanya keputusan itu tak sia-sia. Hampir satu kali pun pada setiap tahunnya kami tak pernah absen.

    Tak hanya itu saja, sejak 1988 malah kami bertekad untuk mementaskan tulisan arek Jaguar sendiri. Setahun kemudian, keinginan itu baru terpenuhi dengan mementaskan naskah ‘Kurung Buka Kurung Tutup’ karya Ilung S. Enha. Bahkan dengan naskah inilah, Jaguar mengukir prestasi sebagai juara I pada Lomba Drama se Jawa Timur 1990 yang diselenggarakan oleh Harian Pagi Jawa Pos.

    Kami mengemas bentuk pementasan baru –yang sebenarnya sudah pernah kami mulai di tahun 1985-an; CERPUS (Cerita Puisi), yakni sebuah pementasan hasil perkawinan musikalisasi puisi , pembacaan cerpen dan drama dengan menyambar berbagai bentuk kesenian daerah seperti ludruk, kentrung, plesetan ketoprak, tembang langgaran dan kesenian lainnya.

    Kemasan baru ini ternyata mendapat respon dari masyarakat, lantaran lebih komunikatif dan improvisatoris. Bukan saja kalangan elite kampus kota kota yang kami jadikan ajang ujian, melainkan juga kami turba ke kampung-kampung dan desa-desa di Jawa Timur.
    Lantas ‘semacam keliaran’ untuk terus bereksprerimental mengawinkan format-format kesenian itu melanda jiwa kami.

    Lalu kami membaca ulang seribu peristiwa yang silih berganti menerpa kami, baik rasa kegagalan yang getir atau pun sanjungan tepukan yang membahana. Tak lain, Jaguar ingin menjadi sebuah teater yang senantiasa berjalan pada arus kesadaran; keseimbangan antara idealitas yang emosional dan realitas yang rasional.

    Selebihnya, jika Jaguar terus menapak hari depan keseniannya, kami tak bisa melupakan jerih payah dari Nicky Saur Sepuh Kosasih, Luthfi Rahman dan M. A. Chin, EM.Noeh, Gus Luthfillah Masduqi yang telah mencurahkan tenaga beserta ide-ide kreatifitasnya. InsyaAllah, Sang Maha Rahman senantiasa membalas setiap biji kebaikan para hamba-Nya. ***

    more

Featured Video

Photos